ACEH BARAT – KDN INDONESIA | Dalam era digital ini, arus informasi di media sosial begitu cepat dan masif. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk tidak serta-merta menerima dan mengonsumsi setiap berita yang beredar tanpa melakukan penyaringan dan pengecekan fakta.
Hal ini disampaikan oleh Koordinator Forum Ngombrol Perkara Iman & Ikhsan (NGOPii) Kemall Al-Farabi dalam sesi wawancara dengan Awak KDNINDONESIA , di Meulaboh, Sening, 12 /8/24.
Kemall, seorang aktivis sufi, menekankan bahwa mengonsumsi informasi tanpa filter dapat berakibat fatal, seperti menimbulkan prasangka buruk, kebencian, iri hati, dan penyakit hati lainnya. Dampak ini tidak hanya dirasakan secara individu, tetapi juga memengaruhi lingkungan masyarakat, bangsa, agama, dan negara.
Melalui momentum Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-79, Kemall mengajak semua pihak, khususnya yang berdomisili di Aceh dan Indonesia pada umumnya, untuk merajut kembali silaturahmi antara ulama, umara, dan masyarakat.
Kemall menegaskan bahwa Indonesia kuat karena keberagaman suku, ras, dan agama yang disatukan oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika.
“Indonesia menjadi kuat karena terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama yang walaupun berbeda-beda, tetap satu yaitu Ketuhanan yang Maha Esa pada Pancasila pertama sebagai ideologi falsafah negara kita,” ujar kemal menegaskan.
Ia juga mengingatkan bahwa melalui HUT RI, mari kita kembali bersatu padu karena “Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh.” Jangan biarkan pihak-pihak yang ingin merusak dan menghancurkan bangsa dan agama kita berhasil memecah belah persatuan.
Kemall menambahkan bahwa jika masyarakat memahami dan mengamalkan agama dengan baik dan benar, maka bangsa ini akan menjadi baik pula.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda untuk menjadikan Alquran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidup agar tidak sesat di dunia maupun akhirat kelak.
” Sebagai contoh, banyak mantan bandar narkoba, perampok, penjudi, dan pemabuk yang kini telah bertaubat dan rajin berzikir serta beribadah lainnya yang dianjurkan hukum Syara’. Ini adalah hasil dari ajaran tasawuf dan kesufian yang diajarkan oleh Abuya Syech H.Amran Wali Al-Khalidi,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa masih banyak masyarakat yang menolak ajaran Abuya Amran tanpa melakukan pengecekan akan kebenarannya.
“Sebagian besar masyarakat kita terlalu cepat percaya dan langsung mengambil kesimpulan terhadap suatu informasi tanpa melakukan pengecekan akan kebenarannya,” ungkap Kemall.
Ia mengajak masyarakat untuk membuka diri dan menerima ilmu yang disampaikan Abuya Amran dengan cara mendengarkan terlebih dahulu tanpa langsung memvonis tidak baik atau sesat.
Selanjutnya, ia juga mengingatkan bahwa Abuya Amran adalah anak kandung dari Abuya Muda Wali Al-Khalidi, seorang ulama besar di Aceh dan Nusantara.
Aktifis Sufi ini juga mengajak masyarakat untuk menghadiri setiap kegiatan pengajian dan zikir yang diadakan oleh Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf dan Kesufian, khususnya di Meulaboh pada setiap akhir bulan.
“Lihat secara nyata dan bertabayyun lah, jangan hanya percaya pada media sosial yang berpandangan negatif terhadap Abuya,”Tandasnya
Di akhir sesi wawancara, ia berharap kepada para ulama di Aceh dan segenap pemimpin daerah agar dapat menciptakan persatuan dan kesatuan berbangsa, beragama, dan bernegara.
” Mari kita belajar untuk saling mengenal tanpa berprasangka sebelum memahami fakta kenyataan,” pungkasnya.
*Wallahu A’lam Bisshawab* Tulisan ini merupakan hadiah kedua dari murid-murid Abuya di Meulaboh setelah kegiatan silaturahmi ulama-umara dan masyarakat Aceh Barat dalam bingkai Meulaboh Berzikir pada 5 Agustus sebagai kado ulang tahun untuk Abuya Syech H.Amran Wali Al-Khalidi yang ke-77.
( Editor : Dedy Surya )
